Panas
terik matahari membuat keringat bercucuran. Akupun berjalan sambil diringi
suara musik seperti sebuah radio yang terdengar dari jauh.
Hatiku
mulai bertanya "seperti ada suara orang dengar radio dan ramai sekali,
hm..hm..kayaknya para petani lagi panen nih " gumamku kembali.
Beberapa
langkah aku mendekati tempat itu karena pengen mendengar celotehan, candaan,
dan tentunya melihat orang panen di kebun atau sawah sungguh mengasyikan,
namun
tiba-tiba "byur..." aku terpeleset di galangan dan terjatuh di antara
tanah, bebatuan kecil yang padas dan air berwarna keruh."
Mereka
mendengar dan kaget sambil bertanya "Ada apa pak?." Karena mendengar
suaraku jatuh.
Dengan
rasa malu akupun menjawab "gk ini..eh........aku terpeleset karena
keasyikan sambil mainan handphone." Langsung cepat-cepat mereka membantu
dan memberi aku minum.."Glek..glek.. Alhamdulillah..panas-panas begini
habis jatuh minum terasa nikmat"..Tetapi tidak parah cuma sekedar jatuh
ringan saja.
Sebuah intermezo dari
cerita di atas disaat saya mengunjungi Para petani tanpa sengaja menjadi tempat
ngobrol yang menyenangkan ditengah perkebunan. Raut wajah mereka yang penuh
dengan keceriaan karena bisa bekerja sambil ngobrol membuat menikmati
pekerjaanya yang tanpa lelah.
Sampailah
pada pembicaraan yang serius. Akupun bertanya perihal bagaimana keuntungan
usaha dibidang pertanian dan juga bagaimana mekanismenya bila menanam jenis
sayuran. Mereka sangat antusias bagaimana mekanismenya bagiku mereka itu
welcome dan baik.
Pengalaman yang mereka terapkan membuat mereka berbagi ilmu
pada yang lain melalui cara praktek langsung.
Akupun
sempat bertanya panenya banyak dan juga hasilnya lumayan bagus.
Mereka
pun ada yang menjawab " ia sih pak hasilnya lumayan,.tetapi kami ini gk
punya tanah pak, paling cuma sedikit-sedikit kalau punya banyak lumayan
banget" aku tanya kembali "Loh bukanya ini tanah bapak ibu?"
Mereka
menjawab bukan tanah mereka hanya menyewa pertahun kisaran 2 juta tergantung
luas tanahnya pak.
Aku
berpikir kembali " Hebat mereka bisa punya semangat begitu" ada - ada
jalan kalau punya kemauan ya. Berawal dari modal sedikit dan di tabung buat modal
berikutnya bisa menjadi banyak.
Sebut
saja pk Fulan. Beliau jarak rumahnya dari perkebunan yang beliau garap sekitar
40 km hampir satu jaman beliau ke sini apalagi kalau jalanya macet.
Tetapi
tidak meruntuhkan semangat beliu buat mencari rezeki walaupun harus menyewa
yang sewaktu-waktu bisa diputus sewanya sama tuan pemilik tanah.
Pak
Fulan ini juga menanam sayuran tidak hanya satu jenis saja. Untuk tahun ini
beberapa bulan yang lalu beliau menanam 3 jenis.
Kacang Buncis, Cabai, dan juga Tomat. Hasilnya sepertinya
menggiurkan karena tidak di hinggapi banyak penyakit dan hama.
Namun,
namanya usaha terkadang juga ada fluktuasi naik turun harga yang
berpengaruh.juga faktor cuaca, sistem pemiliharaan dan lain sebagainya ikut
menjadi pengaruh.
Seperti
contoh pada saat musim penghujan harga cabai yang melonjak naik tetapi stock
susah. Setelah tidak musim hujan lagi stock berlimpah, air di sini susah buat
penyemprotan tetapi harga stabil tidak melambung tinggi jadi harus
pintar-pintar membuat strateginya.
Sebagai
gambaran jenis tanah dan juga kadar keasaman air (Ph) sangat mempengaruhi, juga
unsur hara yang ada.
Penggunaan
pupuk setahu Aku di daerah sini banyak juga yang membuat kombinasi organi
(Kotoran Hewan) dan juga ada yang menggunakan pupuk pabrik.
Karena
seperti kotoran ayam misalnya di sini kisaran Rp. 7000,- per karungnya sangat
langkah banyak yang nyari.
Kembali
ke pembahasan awal kita yakni sewa tanah untuk dijadikan ladang bisnis
merupakan suatu keputusan yang tepat.
Mengingat, kita jangan terpaku dengan sebuah keadaan. Kalau
om sadino bilang sih kita jangan banyak mikkr yang penting jalankan aja Yang
penting kita action dan menikmati prosesnya hasilnya
insha Alloh tidak pernah mengkhianati.
Semoga
maju terus pertanian Indonesia dan senantiasa menjadi lumbung pangan wilayah
masing-masing.